Kamis, 21 Februari 2008

Pelangi

21 Februar1 2008


Jenuhku menunggu datangnya aura pelangi...
berikanlah arti wahai pelangi
atas keheningan diatas kabut malam
dalam pencarian kerinduan yang dalam.

hangat peluk mu
riang tawa dan canda mu
semangat mimpi mu
memperlihatkan ketegaran dan keindahan warnamu

pelangiku..
dapatkah kau rasakan gelombang yang lelah
dapatkah kau dengarkan alunan nyanyian hati
yang melirih
bisakah kau mengerti akan kebimbangan nurani terdalam

ku menerawang akan kesempurnaanmu
jauh,dalam dan tinggi
yang menghadirkan niat tuk kudekap dalam kesungguhan
dalam dinginnya malam dan sepinya waktu

Jumat, 08 Februari 2008

kebiasaan.......

di hari ini pada tanggal 6 februari, ku gak pernah sadar akaan tanggal itu.
karena ku lahir hanya diberi tahu bahwa ku lahir pada tanggal itu.....di dalam pikiran ku yang ada hanya ku jalanin ini hidup, tapi mungkin sebagian orang menganggap bahwa kelahiran atau ultah adalha moment yang penting, namun tidak bagiku. itu adalah hari biasa yang mesti ku jalani seperti biasa ku menjalani
Tapi........
ku amat sangat kaget, terutama pada saat Adiku yang menyambut itu dan dia begitu perhatianya pada ku....hmmmm
ya mungkin karena ini adalah hal yang luar biasa, karena seperti itu adalah diluar kebiasaanku yang amat biasa hehehehehe. makasih QQku......
dan itu tak akan ku lupakan sampai kapan pun, meskipun ku hanya memaknai kehidupan ku berdasarkan apa yang telah kuperbuat.....itu saja.

Selasa, 05 Februari 2008

Penyakit Hati dan Karakteristik Kemunafikan

“Ingatlah, sesungguhnya mereka, adalah kalangan yang melakukan pengrusakan (di muka bumi), tetapi mereka tidak mengerti. Apabila dikatakan pada mereka, “Berimanlah! sebagaimana orang-orang beriman,” mereka mengatakan, “Apakah kami beriman sebagaimana yang dilakukan orang-orang bodoh ?”. Ingatlah! sesungguhnya mereka itu, adalah golongan bodoh, tetapi mereka tidak tahu.”

Pribadi ganda orang-orang yang munafik senantiasa menyelimuti dirinya dengan kedustaan. Mereka terhijab dari kebenaran nuraninya paling dalam, sehingga memiliki keberanian dusta. Oleh sebab itu, dalam konteks yang lebih mendasar, mereka yang seringkali mengibarkan keimanan, nama Allah, bahkan Islam, tetapi hatinya penuh dengan kebusukan, seringkali memunculkan klaim bahwa dirinya paling Islam dan paling beriman, di samping menganggap yang lain kurang Islami dan kurang Imani. Klaim itulah yang menimbulkan wahana yang memunculkan anggapan dusta, bahwa orang lain itu hanya memiliki keimanan sebagaimana yang dilakukan orang-orang bodoh. Sementara kebodohan yang hakiki justru menempel di benak mereka.

Pada ayat tersebut dikatakan, bahwa mereka justru kaum bodoh. Lalu di mana kebodohan munafiqin itu? Kebodohan itu terletak pada :

  1. Ketakutan mereka terhadap kebenaran yang hakiki, yaitu tauhidullah dan ma’rifatullah.

  2. Adanya hijab yang mereka pelihara sebagai kenikmatan. Hijab duniawi yang menghalangi hubungan mereka dengan Allah SWT.

  3. Kesombongan mereka yang mengarah pada sikap egoismesentris, sehingga muncul pemberhalaan terhadap “keakuannya”. Kesombongan adalah awal dari kebodohan, dan kebodohan adalah arogansi yang menyeret pada sikap terbelah dalam egonya.

  4. Mereka tidak mengerti, sekaligus juga tidak tahu. Artinya mereka tidak memiliki rasa cinta, kasih sayang, rasa malu, rasa bersalah, dan rasa mengabdi kepada Allah, disebabkan mereka tidak memiliki keyakinan yang teguh. Mereka yang tidak memiliki keyakinan teguh, berarti tidak memiliki pengetahuan itu sendiri.

  5. Ketakutan terhadap diri mereka sendiri, ketika mereka berhadapan dengan cermin kebenaran.


Lima elemen inilah yang kemudian tergambar dalam ayat berikutnya:
“Ketika mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman.” Namun ketika mereka masuk dalam kelompok sesat mereka, mereka mengatakan, “Kami tetap bersama kalian, sesungguhnya kami hanya mengina (mereka saja). Allah menghina mereka dan menyeret mereka dalam kesesatan mereka sehingga mereka buta (hatinya)”. Mereka itu adalah orang-orang yang menjual kesesatan dengan hidayah, maka, mereka perdagangan mereka tidak membawa keberuntungan, dan mereka tidak mendapat petunjuk.

Kalangan munafik secara sufistik, juga muncul di kalangan mereka yang sok sufi. Mereka seringkali mengatasnamakan sufi ketika memasuki kalangan dunia sufi, tetapi mereka hanya ingin mencurigai tasawuf, sekaligus menghinanya ketika mereka kembali ke kelompoknya. Jual beli dengan Allah, sesungguhnya adalah bermu’amalat dengan Allah, yaitu melaksanakan amaliah sesuai dengan kontrak ubudiah di zaman ‘azali dulu. Tetapi karena mu’amalat itu tertutup oleh hijab, maka ubudiah itu hanya verbal belaka.

Banyak kalangan yang merasa menjadi sufi hanya karena mendalami dan membaca kitab atau buku-buku tasawuf. Padahal munculnya perasaan demikian tidak lebih dari nafsu yang memperdayainya sendiri, sehingga seakan-akan ia telah sampai pada batas sufisme, namun baru pada tahap mendengar atau menyimaknya belaka.

Di samping itu, banyak kalangan yang merasa paling mendapat hidayah, sementara mereka sendiri sebenarnya telah memperjualbelikan hidayah dengan kesesatan mereka. Ketika mereka mengandalkan syari’at, sebagai sikap yang arogan, seakan-akan merekalah yang mendapatkan hidayah itu, sementara dunia hakikat mereka tinggalkan, namun mereka sudah merasa mencapai hakikat. Dan sebaliknya, mereka yang memasuki dunia hakikat, tetapi meninggalkan syari’at, merasa paling berhak mendapat hidayah, sehingga memunculkan sikap anti syari’at. Hakikat dan syari’at bukan simbol, tetap[i perilaku, dimana keduanya tidak boleh berpisah. Begitu seseorang memisahkan diri dengan segala keyakinannya, maka orang tersebut bisa terjebak dalam perilaku kemunafikan itu sendiri. Akibatnya tidak memiliki keberuntungan kedua belah pihak.

Senin, 04 Februari 2008

Unggah-ungguh, Toto-kromo, pengguk tengik

Kebanyakan orang mengatakan orang mengatakan jawa itu inggah-inggih, dengan begitu persepsi oranga terhadap orang jawa itu akan jelek dan kemungkinan akan menjelekkan...............dasar wong jowo.
Dari sini ku mulai menangkap adanya sinyalmen bahwa,orang jawa itu adalah banyu(air)....diapa-apakan tetep aja dia nyantai, karena menurutnya itu memang gak da masalah dengan persepsi orang maupun apa itu........
Dari segi seni budaya ku hanya menyoroti begitu tinggi nilai budaya jawa, dengan dicirikan banyaknya peninggalan sejarah yang begitu banyak dan banyak banget, tapi kini telah berubah wujud dan kehilangan nilai jawannya.
Satu kata aja dari bahasa jawa (example) makan : dahar, mangan, mbadoq, nedhi, notol, nguntal dll. Dari sini ku bisa mengambil kesimpulan bahwa para orang tua dulu amat sangat peka terhadap penggunaan bahasa dan teliti.
Tapi sekarang masalahnya pada generasi itu tlah terlena terhadap budaya yang baru, entah budaya yang dari mana itu, dan kehilangan jati dirinya. Suatu keindahan klo kita sadar akan keindahan yang nyata adalah keindahan dalam perbedaan......
menghormati perbedaan dalam keberbedaan
liyaning liyan dan lain lain.